Huruf Romawi 4 Seperti Apa
Nationalgeographic.co.id—Mitologi Yunani dan Romawi, dua pilar peradaban kuno, penuh dengan kisah para dewa, pahlawan, dan monster yang fantastis.
Meskipun sama-sama menarik, terdapat perbedaan mendasar antara kedua mitologi ini, mulai dari kepribadian dewa-dewi hingga cerita asal-usul dan pandangan terhadap manusia.
Perbedaan mitologi Yunani dan Romawi ini tidak hanya menarik untuk dipelajari, tetapi juga memberikan wawasan tentang nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang oleh masyarakat Yunani dan Romawi kuno.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami perbedaan-perbedaan tersebut dan melihat bagaimana mitologi Yunani dan Romawi mencerminkan budaya dan sejarah masing-masing.
Penasaran dengan kisah-kisah para dewa Yunani dan Romawi? Mari kita telusuri lebih dalam perbedaan-perbedaan dan persamaan yang menarik dalam mitologi kedua peradaban kuno ini.
Romawi menjajah sekaligus "dijajah" Yunani
Meskipun garis waktunya tidak sepenuhnya konkret, mitologi Yunani berasal dari tradisi lisan yang kaya yang akhirnya dituliskan dalam Iliad dan Odyssey karya Homerus serta Theogony karya Hesiodus pada abad ke-8 SM.
Pada saat kota Roma didirikan pada abad yang sama, banyak kota-kota Yunani sudah mapan.
Hal inilah yang membuat penyair Romawi Horace, seperti dilansir dari laman The Collector, menulis, “Yunani yang tertawan, pada gilirannya, menaklukkan penakluknya yang biadab, dan membawa seni ke Latium yang pedesaan.”
Namun, pengaruh Yunani tidak hanya terbatas pada seni. Agama dan mitologi Yunani juga memengaruhi Roma, meskipun proses ini tidak terjadi dalam semalam.
Sebelum pertempuran Actium pada tahun 32 SM, pengaruh Yunani sudah ada di Roma. Mesir Ptolemaik, yang merupakan benteng terakhir dunia Yunani, jatuh ke tangan Romawi pada saat itu.
Baca Juga: 11 Makhluk Mitologi Yunani, dari Paling Menakjubkan hingga Paling Mengerikan
Selain itu, bangsa Etruria, yang mendahului Romawi, juga mengadopsi banyak dewa Yunani ke dalam agama mereka. Mereka sangat menghargai seni Yunani, seperti yang terlihat dari tembikar Yunani yang dilukis yang masih ditemukan oleh para arkeolog di situs Etruria.
Bangsa Romawi menggabungkan mitologi dan ikonografi Yunani ke dalam agama mereka, menciptakan mitologi baru yang terinspirasi oleh mitos Yunani. Perlu dicatat bahwa orang Romawi mengklaim leluhur mereka adalah pahlawan Trojan, Aeneas, yang disebutkan dalam Iliad karya Homerus.
Akibatnya, agama, seni, filsafat, sastra, dan mitologi Yunani semuanya memengaruhi apa yang menjadi cerita asal mula dasar mitologi Romawi: kelahiran Romulus dan Remus, pendiri Romawi yang melegenda.
Epos Aeneid karya Virgil ditulis antara 29 dan 19 SM. Epos ini menceritakan kisah Aeneas dan para Trojan yang tersisa yang berkelana ke wilayah Italia di mana keturunan mereka ditakdirkan untuk mendirikan kota Roma.
Perbedaan Mitologi Yunani dan Romawi
Mitologi Yunani bagaikan simfoni yang memukau, tercipta dari untaian puisi dan drama yang indah. Cerita-cerita para dewa Olympus, seperti Zeus, Poseidon, dan Athena, diabadikan dalam karya seni dan sastra yang memikat.
Di sisi lain, mitologi Romawi lebih condong ke arah pragmatisme. Cerita-kisah mitologi mereka tertuang dalam bentuk prosa, terjalin erat dengan sejarah dan institusi Romawi. Bagi bangsa Romawi, mitologi bukan hanya hiburan, tetapi juga alat untuk memperkuat identitas dan nilai-nilai moral mereka.
* Kepribadian Dewa-Dewi
Kekuatan, kecantikan, kreativitas, dan kecerdasan menjadi pujaan utama dewa dan dewi Yunani. Para dewa dan dewi mereka menjelma menjadi sosok ideal, penuh heroisme, jiwa petualang, keberanian, kekuatan, dan kepintaran.
Namun, di balik kejayaan mereka, tersembunyi pula sifat-sifat yang dapat menjerumuskan mereka ke jurang kehancuran. Kesombongan, kekejaman, dan ambisi buta menjadi sisi gelap para dewa dan dewi ini, mengingatkan manusia bahwa bahkan yang terkuat pun tak luput dari cacat dan kelemahan.
Berbeda dengan Yunani, dewa-dewi Romawi tampil dengan kepribadian yang lebih kolektif. Individualisme mereka teredam, digantikan dengan fokus utama pada fungsi dan peran mereka dalam menjaga kelangsungan hidup keluarga dan negara.
Baca Juga: Patung Hermes Raksasa dari Mitologi Yunani Ditemukan, Selamat Berkat Kristenisasi?
Bagi bangsa Romawi, dewa-dewi bukan hanya sosok yang dipuja, tetapi juga pelindung dan pembimbing yang patuh pada aturan dan norma yang berlaku.
Bagi orang Yunani, keindahan fisik adalah cerminan dari kekuatan dan kebajikan. Para dewa dan dewi mereka digambarkan dengan tubuh yang kuat, proporsional, dan rupawan.
Zeus, sang raja para dewa, digambarkan sebagai pria berwibawa dengan jenggot lebat dan rambut perak. Athena, dewi kebijaksanaan, tampil anggun dengan baju zirah berkilauan dan pedang di sisinya.
Keburukrupaan dalam mitologi Yunani pun tak luput dari estetika. Monster-monster mengerikan seperti Typhon dengan seratus kepalanya, Medusa dengan rambut ularnya, dan Scylla dengan rahang-rahang tajamnya digambarkan dengan detail yang mengerikan.
Di Romawi, penggambaran fisik dewa-dewi mereka jauh lebih minim. Jarang sekali ada deskripsi detail tentang rupa para dewa dan dewi Romawi dalam mitologi mereka. Hal ini memberikan keleluasaan bagi imajinasi masyarakat Romawi untuk membayangkan sendiri wujud para dewa dan dewinya.
* Pandangan terhadap manusia
Masyarakat Yunani percaya bahwa peran manusia adalah untuk hidup dengan baik, memberikan kontribusi pada masyarakat, dan menghormati para dewa selama hidup mereka.
Cerita-cerita pahlawan Yunani seperti Herakles dan Odysseus menunjukkan bagaimana manusia dapat mencapai kejayaan dan pengakuan, namun tetap berada dalam batas-batas kemanusiaan mereka.
Di sisi lain, bangsa Romawi memiliki pandangan yang berbeda. Mereka percaya bahwa manusia memiliki potensi untuk mencapai kehebatan yang hampir setara dengan dewa.
Cerita-cerita dalam mitologi Romawi sering kali menampilkan manusia yang berinteraksi dengan dewa secara langsung, bahkan mendapatkan keturunan dari mereka.
Baca Juga: Selidik Hyperborea, Negeri Mitologi Yunani yang Diselimuti Hutan Ajaib
Pada mulanya, hanya ada Chaos, jurang primordial yang tak terhingga, mewakili ketiadaan dan kekacauan. Dari Chaos inilah muncul Gaia, sang dewi bumi, Tartarus, jurang maut di bawah bumi, dan Eros, dewa cinta dan prokreasi yang mendahului Cupid bersayap, putra Aphrodite.
Di sisi lain, mitologi Romawi menenun kisah pendiri kota Roma, Romulus dan Remus. Dikisahkan bahwa kedua bersaudara ini merupakan keturunan Aeneas, pahlawan Trojan, dan putra Mars, dewa perang.
Bagi orang Yunani, kematian bukan akhir, tetapi lebih merupakan transisi ke alam lain. Namun, fokus utama mereka terletak pada kehidupan di dunia, di mana manusia diajak untuk berbuat baik dan mendapatkan pengakuan atas kebajikan mereka.
Dunia Bawah, atau Hades, yang digambarkan dalam Odyssey karya Homerus, memang menjadi tempat peristirahatan bagi semua jiwa yang telah meninggal.
Namun, tempat ini digambarkan suram dan tidak selalu menjadi hukuman bagi mereka yang berbuat jahat semasa hidup. Kehidupan di akhirat bagi orang Yunani lebih terfokus pada kesedihan dan kerinduan akan dunia yang ditinggalkan.
Berbeda dengan Yunani, mitologi Romawi meyakini bahwa kematian menandakan transformasi besar bagi manusia. Jiwa mereka dipercaya akan hidup di antara para dewa dan menikmati keabadian.
Orang Romawi kuno percaya bahwa di akhirat, mereka akan disembah oleh anggota keluarga dan negara, dan bahkan dapat memberikan petunjuk dan nasihat kepada orang-orang yang masih hidup.
Persamaan Mitologi Yunani dan Romawi
Mitologi Yunani dan Romawi, bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda namun saling terkait. Meskipun terlahir dari budaya yang berbeda, keduanya memiliki benang merah yang erat, menjalin kisah para dewa, manusia, dan alam semesta.
Baca Juga: Apakah Pilar Hercules dalam Mitologi Yunani Ada di Dunia Nyata?
Baik mitologi Yunani maupun Romawi, memusatkan perhatian pada interaksi antara dewa dan manusia. Kisah-kisah mereka menjelajahi bagaimana kekuatan ilahi memengaruhi kehidupan manusia, serta bagaimana manusia berusaha memahami dan berinteraksi dengan para dewa.
Lebih dalam lagi, kedua mitologi ini menyelami pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang keberadaan manusia. Diceritakan bagaimana dunia tercipta, bagaimana kebaikan dan kejahatan beradu, serta apa yang menanti manusia setelah kematian.
Para dewa dalam mitologi Yunani dan Romawi bukanlah sosok yang sempurna. Mereka digambarkan dengan berbagai sifat manusia, seperti cinta, benci, kepahlawanan, dan ambisi. Hal ini membuat manusia merasa terhubung dengan para dewa, mampu melihat refleksi diri dalam kisah-kisah mereka.
Bagi bangsa Yunani, mitologi bukan sekadar cerita pengantar tidur, melainkan panduan hidup yang berisi asal-usul alam semesta, sifat para dewa, dan tata cara memuja mereka.
Kisah-kisah dalam mitologi Yunani menceritakan bagaimana para dewa menciptakan dunia, mengatur alam semesta, dan terlibat dalam kehidupan manusia. Kisah-kisah ini tak hanya menghibur, tetapi juga memberi makna dan pemahaman tentang fenomena alam dan kejadian di dunia.
Dewa-dewa dalam mitologi Yunani memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Orang Yunani memuja para dewa di kuil-kuil, mempersembahkan kurban, dan meminta petunjuk melalui ramalan. Para dewa juga menjadi inspirasi bagi seni, arsitektur, dan sastra Yunani kuno.
Pengaruh mitologi Yunani tak berhenti di situ. Ketika Republik Romawi berkembang dan menguasai wilayah Yunani, mereka mengadopsi dan memodifikasi banyak aspek budaya Yunani, termasuk mitologi.
Para dewa Yunani diubah namanya dan disesuaikan dengan kepercayaan Romawi, melahirkan jajaran dewa Romawi yang baru.
Mitologi Romawi juga memiliki fungsi penting dalam kehidupan beragama dan berbudaya. Kisah-kisah tentang para dewa dan pahlawan Romawi diceritakan kembali untuk memperingati leluhur, mengenang peperangan, dan merayakan kemenangan.
Mitos-mitos ini juga menjadi sumber moral dan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat Romawi.
Baca Juga: Perjalanan Panjang Odysseus ke Irlandia dalam Mitologi Yunani
Baik mitologi Yunani maupun Romawi menunjukkan bagaimana cerita dan ritual dapat menjadi perekat bagi suatu bangsa. Kisah-kisah para dewa dan pahlawan menyatukan masyarakat, memperkuat rasa identitas, dan memberikan landasan moral bagi kehidupan mereka.
Meskipun memiliki nama dan asal yang berbeda, banyak dewa dan dewi dari kedua mitologi ini menunjukkan kemiripan yang menarik, mencerminkan hubungan erat antara budaya Yunani dan Romawi.
Zeus, sang raja para dewa Yunani, dikenal dengan kekuatan petir dan langitnya yang tak tertandingi. Dalam mitologi Romawi, ia dipuja sebagai Jupiter, sang dewa langit dan raja para dewa. Kekuatan dan kebijaksanaan mereka berdua menjadikannya pemimpin yang dihormati dan ditakuti.
Hera, ratu para dewa Yunani, mendampingi Zeus dengan penuh wibawa. Ia dipuja sebagai dewi pernikahan, wanita, dan persalinan. Di Romawi, ia dikenal sebagai Juno, dewi pernikahan dan pelindung wanita. Keanggunan dan kekuatan mereka berdua menjadikannya sosok yang dihormati dan disegani.
Hanya ada satu dewa yang memiliki nama sama dalam mitologi Yunani dan Romawi, yaitu Apollo.
Berikut adalah beberapa contoh dewa-dewi Yunani penting dan padanannya dari Romawi:
* Aphrodite (Venus): Dewi cinta dan kecantikan* Ares (Mars): Dewa perang* Artemis (Diana): Dewi perburuan, hewan, dan persalinan* Athena (Minerva): Dewi kebijaksanaan dan pertahanan* Dionysus (Bacchus): Dewa anggur, kesenangan, dan pesta pora* Hades (Pluto): Dewa dunia bawah* Poseidon (Neptune): Dewa laut
Meskipun memiliki banyak persamaan, perbedaan mitologi Yunani dan Romawi mencerminkan kekhasan budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh kedua peradaban kuno ini.
Memahami perbedaan-perbedaan ini membuka jendela untuk mempelajari lebih dalam tentang sejarah, kepercayaan, dan cara pandang masyarakat Yunani dan Romawi kuno.
Pemahaman yang lebih mendalam tentang mitologi Yunani dan Romawi tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga membantu kita untuk lebih menghargai kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan dari masa lampau.
Gel Duri Landak Berpotensi Sembuhkan Luka: Termasuk Luka akibat Tertusuk Duri?
Dalam pelajaran matematika biasanya di ajarkan juga angka-angka romawi untuk siswa, penulisan angka romawi mempunyai …
Apa media sosial favorit anda? Apakah TikTok salah satunya?
Dulu, TikTok dikenal sebagai platform yang berisikan video anak muda yang mayoritas berisikan tarian atau kolase foto berfilter yang diiringi musik populer. Awal kemunculannya di Indonesia juga penuh kontroversi dan berujung pemblokiran oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Pemblokiran tersebut dilakukan Kominfo atas dasar pengaduan dari masyarakat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Namun setelah berbenah diri, TikTok akhirnya diperbolehkan beredar kembali setelah memenuhi 9 dari 10 syarat yang di ajukan Kominfo (Kumparan, 2018). Kini, TikTok kembali populer dengan muatan informasi yang jauh lebih beragam. Sebut saja resep masakan, tips padu padan pakaian, menu olah raga, hingga jurnalistik mikro dengan berbagai topik. Saat menggunakan TikTok, pengguna di Indonesia menghabiskan rata-rata 29 menit untuk tidak hanya menonton tetapi juga menciptakan, menemukan, berbagi video di platform tersebut. Dengan begitu, berarti pengguna di Indonesia bisa menonton lebih dari 100 video per hari (Rizkia, 2019). Bahkan sejak akhir 2021, masyarakat dapat berbelanja lewat fitur TikTok Shop.
Selama pandemi Covid-19, jumlah pengguna TikTok di Indonesia meningkat tajam. Kegemaran masyarakat Indonesia menggunakan TikTok dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah karena aplikasi ini mudah digunakan dan memberi ruang yang sangat luas untuk berekspresi. Siapapun dapat membuat konten video, entah untuk mengikuti tren yang sedang viral, ataupun justru untuk menciptakan tren tersendiri. Berbagai fitur dan filter yang disediakan dalam aplikasi sangat membantu para content creator untuk menghasilkan video yang menarik. Definisi menarik di sini juga tidak selalu mengutamakan pakem-pakem dalam videografi. Banyak video di TikTok yang dibuat ala kadarnya, tanpa persiapan lokasi dan pencahayaan, namun berhasil menjadi viral. Konten di aplikasi TikTok sangat mudah untuk dibagikan antar pengguna. Selain itu, dengan adanya tren challenge, para pengguna aplikasi juga berlomba-lomba untuk mengunggah videonya. Pengguna diperbolehkan untuk menduplikasi sebuah konten dengan sentuhan kreativitas masing-masing. Hal inilah yang menjadikan sebuah topik atau konten menjadi semakin viral, apalagi jika ada public figure yang turut menjajal challenge tersebut.
Ingar bingar TikTok di kalangan masyarakat tentu tidak dilewatkan oleh para praktisi kehumasan pemerintah. Karena pada dasarnya peran humas pemerintah adalah sebagai penghubung antara instansi dengan publiknya. Jika TikTok sangat dekat di hati masyarakat, maka sebuah kerugian jika instansi pemerintah tidak memanfaatkan media tersebut untuk berkomunikasi dengan publiknya. Berdasarkan data demografi pengguna TikTok 2021 yang dirilis Bussiness of Apps, mayoritas pengguna TikTok adalah kalangan generasi muda di bawah usia 30 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pengguna perempuan memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki yakni sebesar 57 persen.
Lebih lanjut, jika ditilik dari jenis dan karakteristik unggahan, TikTok cenderung menyajikan konten hiburan yang tidak terlalu bersifat personal. Konsep hiburan itu sendiri sering direntangkan sehingga mencakup materi edukasi, tutorial, dan story telling yang terkadang dibalut juga dengan sentuhan komedi. Selain itu, keterlibatan dan kolaborasi antar pengguna di TikTok juga merupakan suatu daya tarik tersendiri. Suatu unggahan yang mampu mengajak orang untuk berpartisipasi dalam challenge akan berpotensi untuk menjadi viral. Hal ini menciptakan ruang kreativitas untuk mengemas pesan dengan lebih komprehensif, meskipun konsekuensinya, ketertarikan pemirsa konten harus mampu dipertahankan. Jika tidak, meraka akan dengan cepat beralih ke konten berikutnya.
Lalu pertanyaannya, bagaimana bidang pemerintahan yang biasanya berkarakter formal, serius, dan sarat dengan peraturan dapat menarik perhatian dalam dunia TikTok? Humas pemerintah harus menentukan strategi yang tepat untuk berkomunikasi dengan tepat di TikTok namun tetap berpegang pada misi menciptakan dan menjaga citra baik organisasi, serta mendukung pencapaian tujuan organisasi. Tanggap mengenai tantangan ini, Biro KLI sebagai unit yang menjalankan fungsi humas pada Kementerian Keuangan telah menyusun sebuah studi pada 2021 untuk mengetahui potensi audiens pada platform TikTok guna menentukan strategi komunikasi yang tepat. Agar diperoleh hasil yang tepat sasaran, survei dilakukan terhadap 725 user TikTok yang relevan dengan topik "sejenis keuangan". Dari hasil dari survei tersebut ditemukan peluang bagi akun TikTok Kemenkeu untuk bertumbuh, baik dari segi market maupun untuk menjadi trendsetter di kalangan akun organisasi. Penemuan inilah yang kemudian menjadi panduan dalam mengembangkan akun TikTok @kemenkeuri.
Dalam perkembangannya, sejak Mei 2021 akun TikTok @kemenkeuri telah diikuti oleh lebih dari 179 ribu pengguna. Dalam dua tahun belakangan, dari seluruh konten yang dibagikan, akun tersebut telah memperoleh 1,9 juta likes. Kemenkeu secara aktif terus membagikan berbagai materi edukasi yang disesuaikan dengan karakter audiens yang menjadi target komunikasi. Beberapa topik yang disediakan antara lain dikemas dalam tagar #RaporAPBN #KamusKeu #seriPajak #SeriEkonomi #KuisKeu dan #UangKita. Selain itu konten juga dikelompokkan dalam playlist untuk memudahkan user dalam menelusuri topik tertentu. Akun @kemenkeuri juga menjaga konsistensi dalam memberikan informasi. Rata-rata dalam satu bulan, sebanyak 5 hingga 7 konten diunggah dengan tampilan yang clean dan menarik. Penyampaian materi juga dilaksanakan dengan tidak bertele-tele namun mudah untuk dimengerti, bahkan untuk seseorang yang awam di dunia keuangan. Selain itu, image instansi pemerintah yang formal dan berwibawa juga berhasil dijaga meskipun seluruh konten dikemas dengan gaya yang sangat komunikatif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi yang diraih Kemenkeu melalui akun TikTok @kemenkeuri diperoleh dari beberapa hal fundamental yaitu:
Keempat hal tersebut membuat TikTok @kemenkeuri menjadi studi kasus yang menarik dalam praktik kehumasan pemerintahan. (Penulis: Melliana Andriani Susanto - KPKNL Tarakan)
Nila adalah warna antara biru dan juga ungu.